BISANE MUNG NYAWANG

Bisikan manja itu, masihlah terasa
Indah, mengulas penuh mesra
Sekelumit rasa datang menjelma
Anganpun tiada lenggang tuk menyapa

SENYUM TULUS

Kilasan senyum ini tetap beredar tulus
Membimbing rasa tuk mengurai rindu
Hanyutkan bimbang lenyapkan ragu
Selalu bergetar, tanpa harus meraih pupus

NADA PIANO JIWA

Deting piano rasa, melangkah bebas !!
Ajarkan jejak notasi indah terselubung bias
Berjalan perlahan, getarannya terasa jelas
Membimbing jiwa, mengupas segala kias

MY LITTLE ANGEL

Bila waktuku sudah tiba !!
Ku bentangkan tanda di antara tanya
Pilihlah jalan terbaik yang kau suka
Tanamkan jejak terindah sesuai rasa
Agar kau temukan bias peniti bahagia

KEBISUAN KATA

Kusapa kelammu dalam bimbang !!
Tiada kudapatkan cercaan sebagai jawab
Lambaian duka yang mengusap tanpa sebab
Rasa menerpa seakan ungkap segala kekang

SIRNAKAN NODA

Pernahkah kau bertanya tentang rindu ??
Adakah jawaban yang membuatmu terbuai ragu
Aku tidak bisa berkata dengan semua itu
Karena semua itu masamu, dan bukan masaku

KENDALI RASA

Untuk apa kau tanyakan pagi !!
Sedangkan kau sendiri sibuk dengan malammu
Sibuk meraih gemerlap bintang sebagai penerang

AKU CEMBURU

Aku cemburu !!
Saat ada yang mulai mendekatimu
Saat ada yang berani membelaimu
Saat ada yang melabur kemesraan denganmu
Apalagi mengusapmu dengan penuh rayu

ARJUNA SEJATI

Ibarat bangun tidur disiang hari !!

Mengusap penglihatan yang ternyata sudah lamur
Rasa-rasanya baru kemarin jagoanku tumbuh dewasa
Rasa-rasanya baru sesaat dikau melepas masa lanjang

RAHASIA BAIT RASA

Sejuta ungkapan menyatu dalam jiwa
Mengurai makna tanpa bisa di kira
Ungkapan ini melangkah bebas penuh rasa
Bangkitkan gairah tuk selalu ingin bersua

AJARI AKU !!

Aku tak akan mengejar akheratMu
Aku tak akan menginginkan nerakaMu
Aku juga, tak akan mengharapkan surgaMu

2 JIWA 1 RASA

Ai cemblek oh cemblek ..
Kenapa kau bernaung dalam hatiku
Kenapa kau menetap disela ingatanku
Kenapa kau terus menggelitik rasaku
Membuat diriku makin terbakar rindu

BERKILAH

Seringkali aku melihat kau seperti ini

Mengupas kisah senja yang lama lewat
Menelusuri jejak kelam yang tersemat
Menoreh segala prasangka di lubuk hati

CURAHAN JATI DIRI

Bila di ijinkan !!
Biarkan aku sampirkan sederetan bait ulasan
Merangkai kepingan kata mewakili ungkapan
Agar apa yang mengganjal bisa aku tuangkan

KOPI MESRA TERSAJI UNTUKMU

Pagi ini, ku tawarkan kopi pengobat pilu
Yang ku ramu bersama rindu menggebu
Agar senyummu mewarnai hari-hariku
Teriring pula senyum sipu penuh malu

DEKAP TANPA RATAP

Pada matahari kusambut penat
Pada tindak kusongsong laknat
Lama nian hati bergelut cemburu
Menguasai sadar langkah jadi sayu

INGAUAN PELANTUN JIWA

Di sela bait sajak yang aku rangkai

Aku tak ubahnya seperti hiasan usang
Yang tersisih dan sekedar tuk di pandang
Tanpa mau menjamak, apalagi tuk meresapi

KEMERDUAN RINDU

Aku rindukan, derai senandung indahmu
Setetes demi setetes, namun meresap di kalbu
Melabur keraguan dengan bias penuh cumbu
Hanyutkan sadar, hilangkan segala cercaan ragu

WUJUD INGSUN SEJATI

Tes tumetes geteh abang

Pasragahan dalan saka biyung
Tes tumetes geteh puteh
Perintis dalan saka bapa

SAJADAH USANG

Tidak malukah, kau dengan sajadahmu !!

Dia selalu setia di gelar walau sepanjang waktu
Dia memililki ketulusan saat mendampingimu
Tiada keluh kesah yang bisa membuatmu haru

Hanya kemurnian kasih sebagai penghantar laku

BIDADARI NATURAL

Kelam resah mengusik asa

Kumpulkan mimpi tak terjeda
Ada belenggu rindu menyapa
Mengusik kalbu tuk bersua

OMBAK ASMARA BIRU

Deburan asmara samudera biru

Melambai tulus mengusik kalbu
Merinai mesra berlabur rayu
Bercurah kasih melengkapi waktu

RASA RINDU HANYA UNTUKMU

Bingkai bunga rindu yang kau suting itu
Terasa halus menghiasi jemari lentik tanganmu
Edarkan keanggunan tanpa terkikis oleh waktu
Hanyutkan segala impian yang bertajuk ragu

KESETIAAN EMBUN

Tetesan butiran embun kesetiaan ini
Tak pernah pudar oleh rabaan dera
Tak hilang, walau sinar mentari mencerca
Dia akan berdiri kokoh dengan wujud jati diri

PUJANGGA SEJATI

Serumpun bait kata sang pujangga
Terlahir dari ranumnya bibir pena
Pena menggores bait di antara kata
Terkadang terpapar jelas penuh tanda
Terkadang pula malu menunjukkan makna

HIASAN TERINDAH

Aku terpesona dengan seraut wajah
Binar mentari pagi makin terlihat cerah
Manampakan rona warna begitu indah
Sirnakan penat, membingkai bait kisah

EMBUN KETULUSAN

Embun menyeruak jatuh tak berlampan
Semburatkan percikan tiada berbekas
Butiran embun merasa sudah bebas
Berbaur tanah lapang dengan senyuman

ATMOSFER RINDU

Luapan molekul perhatian telah tercurah
Pijarkan bias gas kesejukan nan menggoda
Meracuni rinai asmara tanpa teriringi tanda
Nyalakan bias amonium tanpa tahu arah

ANTARA KAU DAN BAYANGANMU

Cukup puas, melihatmu sebagai bayang
Jejak mengurai mewarnai imajinasi rasa
Kuraba goresanmu sepenuh jiwa
Hantarkan hayal tanpa memiliki lenggang

B E L E N G G U

Andai kau mau membisiki aku !!
Tak mungkin aku berkelana cari jawab
Mengumbar tanya di terjalnya gunung
Mencatat deruhnya angin lewati tebing
Mengawasi jejak langkah arus samudra

RUGI DAN RUGI

Rugi !!
Kala abaikan sepoi kesejukan hati
Hadirkan sapaan kesombongan diri
Merintis ego mementingkan duniawi
Menapakan jejak mengejar harga diri

MATA SIALAN

Kucoba menyapa mesra !!
Namun dirimu seakan tak mendengar
Kucoba mengusap manja !!
Namun dirimu selalu saja berontak

GENGGAMAN MAYA

Segenggam sampul nyata
Terpampang jelas tanpa jeda
Mengais jejak seiring atma
Melamuri kisah tiada tertunda

T O P E N G

Betapa nikmatnya !!
Memiliki berjuta wajah dibalik topeng
Pencerminannya seperti kabut semu
Bisa dilihat namun tak bisa di rasa
Walau hanya sekilas dalam angan

PANGGUNG NGEYELMU

Panggung jenuhku
Kupenuhi dengan pudaran kata
Sejengkal kata kutoreh
Kubiarkan berarak memenuhi pentas
Menelaan dahaga kalimat

NYATA NAMUN SAMAR

Di antara renungan malam
Aku bersyukur akan pembuktian
Aku bersuka akan kenyataan
Hati lepas tanpa kekang

KISAH RINDU

Rumah mungil jadi saksi
Berkelana kata bercanda ria
Riuh waktu hilangkan duka
Usik semangat berbalas sapa
Meluangkan salam tak terterah

KERINDUAN

Tiada rasa selera dipagiku
Kepulan asap sigaret ditangan
Melukis hamparan rindu terkekang
Senyum meradang mengingat kenang
Melafadzkan seuntai nama juwita

SHAN CHOEK AN

Shan choek an
Nama indah terkenang
Mengungkap sejuta makna
Menelantarkan bias keraguan
Mengiringi segala kejengkelan

BUSUR PETAKA

Busur aksara muslihatmu
Berlapiskan buaian manja
Indah beronce rupawan
Wujudnya halus mempesona

IMPIAN SIALAN

Ombak mendayu sendu
Tenggelam kedasar rindu
Toreh aksara sembilu
Tajam mengiris kalbu

RANGSANGAN SADAR

Jiwa terasa terangsang
Menengok asri persawahan
Sumilir angin terlelap
Hilangkan penat sekejapan

IRAMA SOPLAX

Awan tak lagi bersahabat
Udara terasa mengumpat
Jalan-jalan terasa penat

DERU DEBU

Deru debu itulah aku
Langkahku bebas lepas
Dimana hembusan menerpa
Wujudku terhempas tanpa daya

SI RAJA NISTA

Gemuruh bara merajam
Hempaskan bulir kesadaran
Lengahkan jiwa tak terbantah

KENALI AKU

Pandanganku !!
Hanya terbatasi jarak netra biasa
Sejauh netraku memandang
Disitulah penilaianku akan menjilma

HIDUP SUDAH BANYAK MASALAH

Jadilah diri sendiri
Memiliki kreatif sendiri
Melengkapi kepribadian sendiri
Membingkiskan karya sendiri

SAMUDERA BODOH

Lihat disana !!
Dengarkan rintihan riak menggumpal
Deburannya sangat mengguncang
Meruntuhkan narasi diambang sadar

GURATAN SUNYI

Cantik nian dikau sang senja
Guratan senyummu senantiasa menghias
Tiada rasa bosan tuk memandang
Hati ku terpuruk dalam kumbangan rasa
Terikat erat tanpa bisa terlepas

BARA CUMBU

Deting detak kemesraan melengahkan
Hanyutkan hasrat menanti kehadiran
Sapa mesra selalu jadi penantian
mencumbu aksara pengobat kegundaan

YANG TERLUPAKAN

Jangan lagi ajuhkan tanya !!

Bait jawabanku sudah terlupa
Ulasan tanda sudah ku buang
Melengkapi jejak di sela kenang

HASRAT TUK BERCUMBU

Ijinkan aku menikmati lekuk tubuhmu
Melengkapi kisah asmara tanpa ragu
Kaulah nyata pelepas paparan rindu
Setiap detik, tak lepas tuk bercumbu

KEGUNDAHAN

Yang tertinggal hanya sebuah bayang
Segenggam asah terasa melayang
Tiada lagi yang bisa mengekang

TENTANG BAIT AKSARA

Ragam goresan tiada terbatas
Tuangkan perbait kata iringi kias
Tak terbantah ungkapan tertanam
Memadah kata usang tiada terbenam

KELAKAR SENJA

Gelap merambat hati terkukuh
Dingin menjelma rasa terlihat angkuh
Jiwa merontah tanpa terdengar keluh
Derita merebak laksana butiran peluh

BUNGA CINTAKU

Sejuta puja wanita bersaing tuk singgah
Menapakan langkah berkuncup kisah
Cinta mengakar telah menjadikan puja
Menanti kehadiran tanpa pedulikan masa

HASRAT MENGGEBU

Mari, mari kesinilah wahai kasihku
Peluklah sekuat apa yang kau mampu
Ceritakan dahagamu tentang rindu
Tetaplah sandaran hangat di atas bahuku

HASRAT JIWA

Duhai pemilik bibir indah menawan
Ijinkan aku merasakan lumatannya
Merasakan hisapan penggoda rasa
Sirna segenap resah di awan keraguan

LUKISAN RINDU MEMBARA

Lekuk bibirmu sungguh indah !!
Belahannya membuatku makin bergairah
Ingin rasanya ku ukir segala kisah
Ku tumpahkan bara rindu mendesah

DILEMA RASA

Sudah ku jatuhkan sejuta harapan nyata
Bias cahaya cinta kini makin bergelora
Membelenggu sumbu lingkaran dilema
Pencetus paparan dalam tragedi rasa

TIADA TERGANTI

Masihlah terasa !!
Rambatan lembut penyeka penat di jiwa
Alurnya berasa merendam segala lara
Hempaskan gerah meniti esok mengintip di sela masa

API ANGKARAKU

Degup ungkap meraung pilu
Terhanyut iba mencumbu
Aksara hadir bermadah sembilu
Luruhkan ambigu berseteru

SUSUK PEMASUNG SUKMA

Wahai darahdarah keji
Bangkitlah engkau di rongga hati
Segera cumbui dahagaku 
Hiasi masaku bersama keberutalanmu

MADAH AKSARAMU

Izinkan kusimak madah aksaramu
Merasakan keindahan uraian imaji
Menyimak bait bertakhtakan diksi
Menikmati bisikan hanyutkan ambigu

SENYUM INDAH

Cantik nian engkau wahai sang senja
Seulas senyum indahmu rapi tertata
Jejak manjamu menggurat tanda setia
Sepenggal rasaku tiada henti memuja
Seraut wajahmu mengundang goda

Ｔ Ａ Ｕ Ｒ Ｕ Ｓ

Ｔanah, elemen dasar bentuk karakter tersiraＴ
Ｔemara kerap menjadi tumpuhan amanaＴ
Ｔirta amarta tercurah tanpa batas tersemaＴ

KEGUNDAHAN

Yang tertinggal hanya sebuah bayang

Segenggam asah terasa melayang
Tiada lagi yang bisa mengekang