Wahai otak-ku yang berkharisma
Kau komponen penting dalam pijaran
Tugasmu tuk mengomando urat rasa
Menyampaikan ungkapan di sela jiwa
Tapi mengapa dalam nyataannya !!
Kau acapkali mengungkap dusta ??
Aku melihat daun, kau sebut akar
Aku melihat benalu, kau katakan itu buah
Aku melihat gunung, kau bilang itu laut
Aku melihat racun, malah kau sebut obat
Aku melihat maling, tapi kau bilang itu guru
Aku melihat bangkai, kau nyatakan itu halal
Kenapa kebohongan selalu jadi silatmu
Mengapa kau setia menghujam sembilu
Belenggu ikatan setan jadi imanmu
Di sela alunan ayat kau memilih sesat
Gerak gerikmu menjalin dengan hawa nafsu
Kejujuran kau pasung dengan ikatan semu
Ooohh otak-ku yang terpuja !!
Kau senang mengungkap indahnya fitrah
Kau teramat terobsesi pentingnya jihad
Namun dalam nyata yang kau pancarkan
Hanya rajam prahara yang tiada terjeda
Kau justru taburkan benih fitnah nan biadab
Kau komponen penting dalam pijaran
Tugasmu tuk mengomando urat rasa
Menyampaikan ungkapan di sela jiwa
Tapi mengapa dalam nyataannya !!
Kau acapkali mengungkap dusta ??
Aku melihat daun, kau sebut akar
Aku melihat benalu, kau katakan itu buah
Aku melihat gunung, kau bilang itu laut
Aku melihat racun, malah kau sebut obat
Aku melihat maling, tapi kau bilang itu guru
Aku melihat bangkai, kau nyatakan itu halal
Kenapa kebohongan selalu jadi silatmu
Mengapa kau setia menghujam sembilu
Belenggu ikatan setan jadi imanmu
Di sela alunan ayat kau memilih sesat
Gerak gerikmu menjalin dengan hawa nafsu
Kejujuran kau pasung dengan ikatan semu
Ooohh otak-ku yang terpuja !!
Kau senang mengungkap indahnya fitrah
Kau teramat terobsesi pentingnya jihad
Namun dalam nyata yang kau pancarkan
Hanya rajam prahara yang tiada terjeda
Kau justru taburkan benih fitnah nan biadab
Merapatkan kata
Bercerminkan makna
Bermadahkan rasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar