Hai lidah, adamu tetap dijadikan puja
Tugasmu iringi gigi serta bibir 'tuk bersuara
Misimu diperuntukkan merangkai katakata
Tapi mengapa kau sering mengungkap dusta
Kau acap berselisih dengan pancaindra lainnya
Tugasmu iringi gigi serta bibir 'tuk bersuara
Misimu diperuntukkan merangkai katakata
Tapi mengapa kau sering mengungkap dusta
Kau acap berselisih dengan pancaindra lainnya
Mata melihat daun justru kau menyebut akar
Mata melihat gunung engkau bilang itu laut
Mata melihat racun malah kau bilang itu obat
Mata melihat maling engkau berkata itu guru
Mata melihat bangkai kau bersekukuh itu halal
Kenapa kebohongan selalu jadi silatmu
Mengapa kau ikat setan jadi benih imanmu
Diantara keindahan ayat kau memilih sesat
Gerak gerikmu sejalan dengan hawa nafsu
Kejujuran kau pasung dalam lingkaran semu
Kau bangga saat hati berada di pihakmu
Kau leluasa merubah warna warni kalbu
Kau tak segan menekan otak turuti niatmu
Kau bersorak ketika senyummu jadi candu
Melengkapi perjalanan benih cita nistamu
Hai lidah, kau hanyalah biang pengais kata
Hadirmu kerap dijadikan penghias rona dunia
Kau merangkum kelakar adanya pemilik jiwa
Kau laburi ungkap mengurai Indahnya Fitrah
Pada kenyataannya kau suka menebar Fitnah
Bermandi kata
Berselimutkan makna
Beralas rasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar